Perbedaan Generasi di Tempat Kerja
Di lingkungan kerja, perbedaan antar generasi sering kali menciptakan ketegangan yang tidak terlihat secara langsung. Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital, memiliki pandangan berbeda tentang profesionalisme dan efisiensi kerja. Perbedaan ini bisa menjadi sumber gesekan yang tidak terucap, terutama jika tidak dikelola dengan baik.
Beberapa kebiasaan Gen Z, meskipun bermaksud baik, dapat menyebabkan frustrasi bagi rekan kerja yang lebih tua. Hal ini terjadi karena perbedaan preferensi komunikasi dan etika kerja. Berikut adalah tujuh kebiasaan yang sering menjadi masalah:
-
Mengirim Pesan Singkat Tanpa Konteks Jelas
Gen Z cenderung mengirim pesan singkat seperti “ping” tanpa penjelasan yang jelas. Bagi rekan kerja yang terbiasa dengan email terstruktur, pesan ini terasa samar dan tiba-tiba. Kebiasaan ini juga bisa dianggap sebagai pengabaian oleh penerima. -
Menggunakan Nada Santai dan Emoji di Pesan Formal
Menyisipkan emoji lucu di surel lintas fungsi atau formal sering kali dilakukan oleh Gen Z. Namun, hal ini bisa merusak persepsi kompetensi mereka di mata rekan kerja yang lebih tua. Studi menunjukkan bahwa emoji pada email profesional dapat mengurangi kesan hangat. -
Melakukan Multitasking Saat Rapat Berlangsung
Membuka ponsel atau berbicara di luar rapat adalah hal biasa bagi Gen Z. Rekan kerja yang lebih tua mungkin menganggap perilaku ini sebagai kurangnya rasa hormat. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa multitasking berlebihan dapat mengurangi akurasi dan waktu. -
Mencampur Batasan Waktu Kerja Secara Menggelisahkan
Gen Z mungkin mengirim pesan pada tengah malam karena itu adalah waktu kerjanya, tetapi berharap tidak ada balasan sampai pagi. Hal ini bisa membuat rekan kerja yang lebih tua merasa tertekan untuk merespons segera, menyebabkan frustrasi dari kedua belah pihak. -
Minta Umpan Balik Cepat dan Menandai Secara Publik
Meski kecepatan sangat penting, menandai orang secara publik untuk koreksi bisa merusak kepercayaan. Rekan senior mungkin melihat tag tersebut sebagai kritik terbuka. Lebih baik menggunakan pesan pribadi atau panggilan cepat untuk membahas perbaikan yang sensitif. -
Sering Mempertanyakan Proses Lama yang Sudah Ada
Gen Z sering bertanya mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu karena ingin pekerjaan mereka bermakna. Namun, pertanyaan seperti “mengapa selalu begini” bisa dianggap sebagai kritik oleh rekan kerja yang lebih tua. Lebih baik ajukan alternatif yang telah diuji untuk membangun konsensus bersama. -
Menganggap Semua Komunikasi Bersifat Asynchronous
Gen Z cenderung lebih memilih pesan teks daripada panggilan telepon untuk menyelesaikan ambiguitas. Hal ini bisa menyebabkan salah paham karena nada pesan terlalu ambigu. Pengirim sering melebih-lebihkan seberapa baik pesan tertulis akan dipahami oleh penerima.
Perbedaan antar generasi di tempat kerja sering kali berakar pada asumsi berbeda tentang profesionalisme. Gen Z memprioritaskan fleksibilitas dan efisiensi digital, sedangkan rekan kerja yang lebih tua lebih menghargai komunikasi tatap muka dan formalitas. Penting untuk menciptakan sistem kerja yang mengakomodasi kedua preferensi ini.
Membuat perjanjian sederhana tentang komunikasi, seperti penggunaan fitur schedule-send untuk pesan, dapat mengurangi konflik. Selain itu, membangun pemahaman bersama tentang etiket digital adalah kunci untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis. Komunikasi yang baik adalah soal saling menghargai.
