7 Perilaku Z yang Mengusik Kolega Tua di Tempat Kerja

Perbedaan Generasi di Tempat Kerja
Di lingkungan kerja, perbedaan antar generasi sering kali menciptakan ketegangan yang tidak terlihat secara langsung. Generasi Z, yang tumbuh dalam era digital, memiliki pandangan yang berbeda tentang profesionalisme dan efisiensi kerja. Perbedaan ini bisa menjadi sumber gesekan yang tidak disadari oleh banyak orang.
Ada beberapa kebiasaan dari Gen Z yang, meskipun bermaksud baik, bisa memicu frustrasi pada rekan kerja yang lebih tua. Kebiasaan-kebiasaan ini muncul dari perbedaan preferensi komunikasi dan etika kerja. Berikut adalah beberapa perilaku yang sering muncul:
1. Mengirim Pesan Singkat Tanpa Konteks Jelas
Gen Z cenderung mengirim pesan singkat seperti “ping” tanpa penjelasan yang jelas. Bagi rekan kerja yang terbiasa dengan email formal, pesan-pesan ini terasa kurang jelas dan bisa dianggap sebagai pengabaian. Hal ini dapat menyebabkan kesalahpahaman dan rasa tidak nyaman.
2. Menggunakan Nada Santai dan Emoji di Pesan Formal
Menggunakan emoji atau nada santai dalam pesan yang seharusnya formal bisa membuat rekan kerja yang lebih tua merasa bahwa pesan tersebut tidak serius. Studi menunjukkan bahwa emoji pada email profesional bisa mengurangi kesan kompeten.
3. Melakukan Multitasking Saat Rapat Berlangsung
Banyak anggota Gen Z melakukan aktivitas lain selama rapat, seperti membuka ponsel atau berbicara dengan orang lain. Ini bisa dianggap sebagai kurangnya perhatian atau ketidak hormatan. Penelitian psikologi menunjukkan bahwa multitasking bisa mengurangi akurasi dan efisiensi.
4. Mencampur Batasan Waktu Kerja Secara Menggelisahkan
Gen Z mungkin mengirim pesan di tengah malam karena itu adalah waktu mereka bekerja, tetapi mengharapkan balasan hanya di pagi hari. Rekan kerja yang lebih tua bisa merasa tertekan untuk merespons segera, yang bisa menyebabkan frustrasi.
5. Minta Umpan Balik Cepat dan Menandai Secara Publik
Meskipun kecepatan umpan balik penting, menandai seseorang secara publik bisa menimbulkan rasa tidak nyaman. Rekan senior mungkin merasa kritik terbuka, sehingga lebih baik menggunakan komunikasi pribadi untuk hal-hal sensitif.
6. Sering Mempertanyakan Proses Lama yang Sudah Ada
Gen Z sering bertanya mengapa sesuatu dilakukan dengan cara tertentu, karena ingin pekerjaan mereka lebih bermakna. Namun, pertanyaan ini bisa dianggap sebagai kritik oleh rekan yang lebih tua. Lebih baik menawarkan alternatif yang telah diuji untuk membangun konsensus.
7. Menganggap Semua Komunikasi Bersifat Asynchronous
Gen Z cenderung lebih suka komunikasi melalui pesan teks daripada panggilan telepon. Hal ini bisa menyebabkan kesalahpahaman karena nada pesan bisa tidak jelas. Pengirim mungkin melebih-lebihkan seberapa baik pesan mereka akan dipahami.
Perbedaan antar generasi di tempat kerja sering kali berasal dari asumsi yang berbeda tentang apa itu profesionalisme. Gen Z lebih memprioritaskan fleksibilitas dan efisiensi digital, sedangkan rekan yang lebih tua lebih menghargai komunikasi tatap muka dan formalitas.
Untuk menciptakan lingkungan kerja yang harmonis, penting untuk membuat sistem kerja yang bisa mengakomodasi kedua preferensi ini. Misalnya, membuat perjanjian tentang kapan harus menggunakan fitur schedule-send untuk pesan bisa mengurangi konflik. Selain itu, membangun pemahaman bersama tentang etiket digital juga sangat penting.
Komunikasi yang baik bukan hanya tentang informasi yang diberikan, tetapi juga tentang rasa saling menghargai. Dengan memahami perbedaan ini, semua pihak bisa bekerja sama dengan lebih baik.