Dua Sisi Chromebook dalam Pendidikan di Masa Pandemi di Malinau

Diposting pada

Perangkat Teknologi di Sekolah Luar Biasa Malinau

Di Sekolah Luar Biasa (SLB) Malinau, Kalimantan Utara, terdapat sembilan unit laptop Chromebook merek Acer yang masih dalam kondisi baik. Meskipun kini jarang digunakan, perangkat ini pernah menjadi alat penting dalam proses pembelajaran, terutama selama masa transisi pandemi Covid-19.

Pada tahun 2021 hingga 2022, saat pembelajaran jarak jauh (PJJ) dan belajar dari rumah (BDR) sedang marak, laptop Chromebook banyak membantu sekolah dalam menjalankan model pembelajaran berbasis teknologi. SLB Malinau menjadi salah satu sekolah yang mendapatkan pengadaan khusus dari pemerintah, meski kini isu korupsi mengemuka dalam beberapa kasus serupa.

Kepala Sekolah SLB Malinau, Sukaca, menceritakan bahwa sejak awal pengadaannya, perangkat ini sering digunakan. Bahkan sampai saat ini, ia masih menggunakan Chromebook untuk tugas-tugas ringan seperti zoom dan pembelajaran daring. Menurutnya, kehadiran gawai ini memicu pengembangan ruang IT di sekolah.

Sukaca juga mengingat bahwa pada masa awal pengadaan, laptop ini memberikan motivasi bagi anak-anak berkebutuhan khusus dalam belajar. Kebiasaan belajar dari rumah saat itu sangat membantu dalam proses pemulihan pendidikan pasca-pandemi.

Penggunaan Laptop Chromebook dalam Pembelajaran

Hingga kini, banyak sekolah di Malinau masih menerima pengadaan serupa pada periode 2021-2022. Berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD, SMP hingga SMA/SLB, menerima paket bantuan dengan merek yang berbeda. Di tingkat Sekolah Dasar hingga SMA/SLB, laptop Chromebook kerap digunakan sebagai perangkat simulasi asesmen berbasis komputer, terutama untuk siswa kelas 5 dalam persiapan ANBK.

Operator Sekolah Dasar di Perkotaan Malinau mengatakan bahwa perangkat ini masih sering digunakan untuk simulasi asesmen. Namun, penggunaannya lebih terbatas pada tugas-tugas tertentu.

Keterbatasan Sistem Operasi

Salah satu kelemahan laptop Chromebook adalah keterbatasannya dalam menangani tugas multitasking. Desain sistem operasi berbasis Chrome OS memerlukan koneksi internet agar dapat digunakan secara optimal. Selain itu, pengalaman pengguna (user experience) kurang familiar bagi sebagian guru dan siswa.

Banyak tenaga pengajar lebih terbiasa menggunakan sistem operasi Windows dibanding Chrome OS. Hal ini membuat penggunaan laptop Chromebook semakin jarang di sekolah-sekolah. Sukaca bercanda bahwa dirinya lebih nyaman menggunakan Microsoft Word daripada aplikasi Google Document yang ada di Chrome OS.

Penggunaan Saat Ini

Meskipun jarang digunakan, sejumlah sekolah masih memanfaatkan laptop Chromebook sebagai alat peraga atau bantuan pembelajaran daring. Kondisi ini menunjukkan bahwa meski memiliki keterbatasan, perangkat ini tetap memiliki peran dalam dunia pendidikan, terutama di daerah yang belum sepenuhnya terakses oleh teknologi modern.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *