Kesepakatan Tarif 0% Indonesia dan AS: Apa yang Terjadi?
Indonesia baru saja mengumumkan kesepakatan tarif terbaru dengan Presiden Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Dalam kesepakatan ini, Indonesia memberikan tarif 0% kepada produk-produk dari AS. Keputusan ini menimbulkan banyak pertanyaan, terutama mengenai dampaknya terhadap pasar Indonesia dan berbagai produk yang akan dijual lebih murah.
Salah satu yang menjadi perhatian adalah apakah produk iPhone termasuk dalam kategori produk yang mendapat tarif 0%. Menurut Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira Adhinegara, jawabannya adalah tidak. Meskipun Apple Inc. adalah perusahaan asal AS, produk fisik iPhone diproduksi di China. Oleh karena itu, secara negara asal, iPhone tidak termasuk dalam produk buatan AS yang mendapat keuntungan dari tarif 0%.
Produk-produk yang Mendapatkan Manfaat
Kebijakan pembebasan tarif bea masuk hanya berlaku untuk produk-produk yang dibuat di AS. Artinya, meski mereknya berasal dari AS, produk yang diproduksi di China tidak termasuk dalam kesepakatan ini. Karena itu, produk seperti iPhone yang dibuat di China tetap dikenakan tarif normal.
Namun, ada sejumlah produk utama AS yang akan merasakan manfaat dari tarif 0%. Produk-produk tersebut meliputi:
- Suku cadang pesawat
- Mesin
- Plastik
- Farmasi
- Bahan bakar minyak (BBM)
- Liquefied Natural Gas (LNG)
- Liquefied Petroleum Gas (LPG)
- Produk pertanian seperti kedelai, gandum, dan jagung
- Produk elektronik seperti mesin dan peralatan listrik, tetapi bukan laptop, printer, atau handphone
Dampak dari tarif 0% ini akan membuat harga beberapa produk tersebut turun. Namun, masyarakat yang biasa membeli barang elektronik mungkin tidak merasakan perubahan signifikan, karena produk-produk yang paling diminati seperti laptop dan handphone masih dikenakan tarif normal.
Dampak pada Produsen Lokal
Selain itu, kebijakan ini juga berpotensi memengaruhi produsen lokal. Misalnya, produk susu dan olahan susu dalam negeri bisa mengalami penurunan permintaan akibat persaingan dengan produk AS yang lebih murah. Hal ini juga berlaku untuk jagung nasional, yang bisa menyebabkan petani jagung kesulitan karena harga jagung lokal kalah saing.
Di sisi lain, tarif 0% juga dapat membuat produsen dalam negeri semakin bergantung pada produk impor. Contohnya, kedelai impor yang saat ini sudah mencapai 80% dari kebutuhan nasional, akan semakin mudah masuk ke Indonesia. Konsumen mungkin senang dengan harga yang lebih rendah, tetapi para petani kedelai akan merasa terganggu.
Kesepakatan Perdagangan yang Lebih Baik
Kesepakatan ini merupakan bagian dari upaya Indonesia untuk menurunkan tarif resiprokal dari 32% menjadi 19%. Dalam kesepakatan ini, Indonesia tidak perlu membayar tarif apa pun, sehingga mendapatkan akses ke pasar Indonesia yang sebelumnya tidak tersedia. Selain itu, AS setuju untuk membayar 19% sebagai kompensasi.
Selain itu, Indonesia juga berkomitmen untuk membeli energi AS senilai US$ 15 miliar, produk pertanian AS senilai US$ 4,5 miliar, serta 50 pesawat Boeing. Maskapai Garuda Indonesia disebut sedang dalam pembicaraan untuk membeli antara 50 hingga 75 pesawat Boeing, termasuk model 777.
Kesimpulan
Meskipun kesepakatan tarif 0% antara Indonesia dan AS membawa banyak manfaat bagi konsumen, dampaknya terhadap produsen lokal dan petani harus diperhatikan. Dengan adanya kebijakan ini, pasar Indonesia akan semakin terbuka, tetapi juga harus siap menghadapi persaingan yang lebih ketat.