Satu Laptop, Satu Siswa: Pemanfaatan Chromebook di SMPN 21 Balikpapan

Diposting pada

Penggunaan Chromebook di Sekolah-sekolah Kaltim

Di tengah isu dugaan korupsi pengadaan Chromebook, sejumlah kepala sekolah di Kalimantan Timur (Kaltim) mengaku mendapatkan manfaat dari bantuan yang disalurkan oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi. Salah satu contohnya adalah SMPN 21 Balikpapan yang memanfaatkan 63 unit Chromebook yang diterima secara bertahap sejak 2023 untuk mendukung pembelajaran siswa kelas 7, 8, dan 9.

Kepala Sekolah SMPN 21 Balikpapan, Marsudi, menjelaskan bahwa distribusi Chromebook di sekolahnya hampir mencukupi untuk kebutuhan satu perangkat per siswa. Meski masih ada kekurangan tiga unit untuk kelas 7, pihak sekolah menutupinya dengan menggunakan laptop dari OSIS dan Pramuka.

Menurut Marsudi, Chromebook diterima dalam tiga tahap. Pada tahap pertama, sekolah menerima 25 unit, disusul 18 unit pada tahap kedua, dan terakhir 20 unit pada tahun 2024. Meskipun jumlah tersebut belum ideal, perangkat sudah digunakan secara maksimal di sekolah.

Setiap Chromebook dikhususkan untuk satu siswa, meski penggunaannya tetap dilakukan di lingkungan sekolah tanpa dibawa pulang. Perangkat ditempatkan di ruang multimedia, laboratorium, dan ruang wali kelas sesuai tingkatannya. Sistem ini dipilih agar siswa lebih disiplin dan perangkat tidak berpindah-pindah.

SMPN 21 Balikpapan juga mendapatkan 11 unit Smart TV dari Dinas Pendidikan. Perangkat tersebut digunakan untuk mendukung sistem moving class yang diterapkan sekolah. Smart TV ditempatkan di beberapa ruangan guru dan ruang kelas sesuai dengan kebutuhan mata pelajaran.

Meski fasilitas teknologi semakin memadai, sekolah masih berharap adanya tambahan unit Chromebook tahun ini untuk menutupi kekurangan. Marsudi optimistis sekolahnya bisa mendapat tambahan perangkat dari program pengadaan Dinas Pendidikan.

Pembelajaran Digital di SMPN 1 Tenggarong

SMP Negeri 1 Tenggarong telah menerapkan sistem pembelajaran digital berbasis Chromebook sejak tiga tahun terakhir. Sebanyak 999 unit perangkat telah disalurkan untuk mendukung kegiatan belajar-mengajar di sekolah tersebut.

Ahsanul Fithri, salah satu guru SMPN 1 Tenggarong, menjelaskan bahwa dari total perangkat yang diterima, 915 unit digunakan oleh peserta didik, sementara sisanya dibagikan kepada para guru. Chromebook ini sudah digunakan kurang lebih tiga tahun, dan sejauh ini sangat membantu proses belajar-mengajar di kelas.

Seluruh siswa kelas 8 dan 9 telah menggunakan Chromebook secara mandiri. Sementara untuk siswa kelas 7 yang baru masuk, pihak sekolah masih melakukan pendataan agar distribusi perangkat tidak mengalami kekurangan.

Untuk menjaga tanggung jawab penggunaan, setiap siswa penerima Chromebook wajib menandatangani surat pernyataan bersama orang tua di atas materai. Jika perangkat rusak atau hilang, tanggung jawab penggantian berada pada pihak siswa dan orangtua.

Fasilitas pendukung seperti jaringan WiFi di setiap kelas dan papan tulis digital juga telah tersedia. Seluruh perangkat Chromebook ini telah terintegrasi dengan akun belajar yang dikelola Dinas Pendidikan dan Google. Akses terhadap situs non-pembelajaran, seperti hiburan atau media sosial, telah dibatasi secara sistem.

Sejarah dan Pengembangan Chromebook

Chromebook berawal dari upaya Google untuk memecahkan masalah lambatnya komputer dihidupkan dan lemotnya perangkat keras. Google lalu mendesain komputer yang bisa dihidupkan dengan cepat, aman, mudah, digunakan, dan perangkat lunaknya selalu mutakhir. Komputer itu akhirnya diberi nama Chromebook dan diluncurkan perdana pada tahun 2011 dengan menggandeng dua raksasa teknologi, yakni Acer dan Samsung.

Dua tahun berselang Google merilis Chromebook Pixel yang memiliki layar sentuh 3:2. Menurut Google, Chromebook Pixel telah mengubah cara orang menggunakan laptop mereka. Lalu, pada tahun 2015 Google merilis Chromebook pertama yang mengusung teknologi USB-C. Teknologi itu memungkinkan orang untuk memindahkan data dan mengisi daya laptop dengan cepat.

Dua tahun kemudian raksasa teknologi asal Amerika Serikat itu meluncurkan Chromebook yang dibekali dengan chip keamanan Titan C guna mengamankan perangkat itu dan melindungi identitas penggunanya. Di samping itu, Google meluncurkan Chromebooks for Education untuk membantu para guru dan siswa memutakhirkan pengalaman belajar.

Google bekerja sama dengan ACER, ASUS, Dell, HP, Lenovo, Samsung, AMD, Intel, MediaTek, Qualcomm, dan lainnya untuk membuat Chromebook dalam berbagai ukuran dan spesifikasi.

Isu Korupsi dan Proyek Digitalisasi Pendidikan

Di balik kebermanfaatannya, program pengadaan Chromebook di tingkat nasional kini tengah menjadi sorotan aparat penegak hukum. Kejaksaan Agung RI saat ini tengah menyelidiki dugaan korupsi dalam proyek digitalisasi pendidikan yang mencakup pengadaan sekitar 1,2 juta unit Chromebook dari tahun 2019 hingga 2022. Nilai proyek tersebut mencapai Rp9,9 triliun, dan kerugian negara yang ditaksir akibat mark-up harga, pengadaan tanpa tender, dan penunjukan vendor secara tertutup diperkirakan mencapai Rp1,98 triliun.